Friday, December 4, 2009
Sosbud / Jumat, 4 Desember 2009 00:19 WIB
Sebanyak 750 tentara yang bertugas di perbatasan Kalimantan Timur (Kaltim) dengan Malaysia terpaksa diperbantukan menjadi guru. Ini karena tidak ada tenaga pengajar di daerah terisolasi tersebut.

"Para tentara itu ditugaskan di 15 kecamatan di daerah perbatasan. Di samping menjaga kedaulatan NKRI, juga mengajar anak-anak karena kebanyakan penduduk di daerah terpencil tersebut pergi bekerja ke Malaysia," kata ketua Badan Pengelolaan kawasan perbatasan Kaltim Adri Paton di Medan, Sumatra Utara, Kamis (3/12).

Paton datang ke Medan sebagai narasumber dalam seminar yang diselenggarakan Departemen Komunikasi dan Informatika RI Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika (BBPPKI) Medan. Seminar bertajuk Dengan Mengoptimalkan Peran Strategis Media
Diharapkan akan Terwujud Kehidupan Masyarakat yang Lebih Sejahtera di Wilayah Perbatasan.

Dalam kesempatan itu ia menjelaskan, kondisi masyarakat di kawasan perbatasan yang terisolasi membuat mereka merasa lebih dekat dengan negara tetangga Malaysia jika dibandingkan negaranya sendiri.

Paton mengaku bisa memahami situasi tersebut. Masyarakat di perbatasan lebih mudah mendapatkan fasilitas dan kebutuhan dari Malaysia, termasuk soal pendidikan. Banyak anak-anak tingkat sekolah dasar dan sekolah menengah pertama terpaksa belajar ke Malaysia karena fasilitas pendidikan tidak tersedia di daerahnya.

Bukan cuma itu. Menurut Paton, di kawasan perbatasan juga masyarakat hanya menikmati informasi dan berita dari media massa di negara tetangga. Jangan heran jika masyarakat perbatasan lebih mengenal negara Malaysia.

"Kondisi seperti ini amat mengkhawatirkan karena bisa menggerus wawasan kebangsaan generasi muda di daerah perbatasan," katanya.(Ant/DSY)


www.metrotvnews.com

0 comments:

Post a Comment

16.25

Tentang Blog Ini

Anda Pengunjung ke

Kategori

Blog Archive

Followers

My Blog List